Saya, seorang lelaki dengan nama Slamet E. Priyanto, lahir di Blitar tanggal 5 Desember 1987. Dengan lingkungan yang tenang, damai dan jauh dari hiruk pikuk suasana kota ternyata membentuk karakter tersendiri bagi saya. Terlebih lagi sejak kecil saya didekatkan dengan lingkungan pesantren. Dengan demikian terwujudlah seorang Slamet E. Priyanto yang sabar dan tenang dalam menangani setiap permasalahan yang ada. Kesederhanaan saya membuat saya gigih dalam meraih cita. Hal tersebut dibuktikan dengan cemerlangnya prestasi akademis saya. Ditambah lagi dengan unsur agama yang melekat sejak kecil membuat saya lebih mengerti tentang sejatinya hidup.
Suasana desa sebagai awal dari kehidupan saya, membawa dampak tersendiri bagi saya. Hal yang paling menonjol adalah kesederhanaan yang saya miliki. Sejak kecil saya jarang bermain layaknya anak kecil pada umumnya. Saya lebih banyak menghabiskan waktu saya untuk mencari hal – hal yang lebih berguna, disamping faktor penyesalan jika uang yang tidak seberapa digunakan untuk membeli mainan. Memang banyak yang meng-iya-kan bahwa saya seorang yang pendiam, tidak banyak bicara, dan sedikit pemalu. Namun dengan diamnya saya, saya memahi banyak hal tentang kehidupan, tentang sikap dan perilaku, dan tentang dunia akhirat. Semua olah pikir dan perenungan saya terkadang saya ungkapkan lewat bait – bait puisi, namun tak jarang pula hanya menjadi pelajaran spiritual tersendiri bagi diri saya.
Jika ditanya perkara yang paling saya benci, saya akan menjawab “Saya paling tidak suka diremehkan”. Ya, itulah saya. Seseorang yang selalu termotivasi untuk menjadi lebih baik. Mungkin dari hidup sederhana yang saya alami, atau mungkin kekurangan. Meskipun dalam mencapai tujuan penuh dengan kegigihan, namun tak jarang pula saya menghiasinya dengan imajinasi dan khayalan yang senantiasa saya hadirkan ditengah waktu luang saya.
Dalam lingkungan keluarga dan teman dekat saya, saya dikenal sabar dan mudah bersyukur. Mudah bergaul biarpun sedikit pemalu, dan ramah terhadap sesama. Memegang janji adalah satu hal tidak bisa saya abaikan. Karena bagi saya hubungan baik itu diawali dari bisa tidaknya kita dipercaya orang lain.
